Tuesday, June 12, 2012

Mendaki gunung di kepulauan para Raja

Mendaki Gunung Binaiya (3019 Mdpl)

tampak gunung binaiya dari desa kanikeh, tampak 2 buah air terjun di kejauhan

Maluku adalah provinsi kepulauan yang ada di bagian timur Indonesia, namun siapa sangka ternyata Maluku juga mempunyai gunung yang mempunyai ketinggian diatas 3.000 Mdpl dengan jalur pendakian yang menantang dan tidak kalah dengan jalur pendakian gunung di pulau-pulau lainnya.

Gunung Binaiya adalah nama gunung tersebut, berlokasi di pulau Seram, dan terletak di dalam kawasan taman nasional Manusela, di kabupaten maluku tengah, propinsi maluku, Gunung ini bukan merupakan Gunung berapi, namun bila dilihat dari kejauhan, puncak gunung ini terlihat seperti gundukan batu karang tinggi yang mencakar langit.

Salah satu perbedaan gunung binaiya dengan gunung-gunung lainnya yang khususnya ada di pulau jawa adalah jalur pendakiannya yang harus melewati desa – desa dan perkampungan terlebih dahulu untuk bisa sampai ke kaki gunung binaiya, yang pastinya berarti jalur pendakian gunung ini akan jauh lebih panjang.

Jalur menuju Gunung Binaiya

Dari Bandara Pattimura Ambon, anda bisa naik angkot Jurusan Laha, lalu turun di passo, dilanjutkan dengan naik angkot jurusan Tulehu / Waai, turunlah di pelabuhan Tulehu, pelabuhan inilah yang akan menjadi tempat penyebrangan anda dengan menggunakan kapal cepat dari pulau ambon menuju ke pulau seram.

Jadwal keberangkatan kapal cepat Tulehu – Amahai (pelabuhan di pulau seram) adalah sebagai berikut :

- Untuk Senin – Sabtu

No.
Waktu Berangkat (tulehu – amahai)
Harga Tiket

01.
09.00 – 11.00 WIT
Rp. 95.000
02.
12.00 – 14.00 WIT
Rp. 95.000
03.
15.00 – 17.00 WIT
Rp. 95.000
- Untuk Hari Minggu

No.
Waktu Berangkat (tulehu – amahai)
Harga Tiket

01.
11.00 – 13.00 WIT
Rp. 95.000



Perlu diketahui bahwa kapal yang beroperasi dari tulehu ke amahai juga ada yang beroperasi sebaliknya, yaitu Amahai – Tulehu dengan selisih keberangkatan 1 jam lebih dahulu, seperti kapal Tulehu amahai berangkat pukul 09.00 WIT, dan untuk amahai – Tulehu berangkat pukul 08.00 WIT.

Setelah sampai di Amahai, Kita akan melanjutkan perjalanan menuju Masohi, ibukota kabupaten dari Kabupaten Maluku Tengah, dari Amahai menempuh ± 15 Menit dengan menggunakan Ojek, namun bila anda naik angkot, maka harganya bisa Rp.8.000/Orang hingga terminal Binaya di pusat kota Masohi, di Masohi kita akan mengurus perijinan pendakian di Balai Taman Nasional Manusela, Kantornya terletak di Jl. Kelang No.1 kotak Pos 09 kode pos 97511, masohi – maluku tengah, atau berada tepat di gang yang ada di depan Polres Maluku Tengah. Anda bisa naik ojek dari terminal.

Untuk mengurus perijinan di Taman Nasional Manusela tidaklah rumit, anda tinggal membawa surat permohonan izin anda (bila ada) dan kemudian menyerahkan nama-nama dari para calon pendaki dengan disertai Fotocopy KTP dan membayar Retribusi sebesar Rp 15.000/per kepala, carilah referensi sebanyak-banyaknya di kantor tersebut mengenai jalur dan kondisi cuaca yang sedang berlangsung, setelah anda mendapatkan Simaksi (Surat izin masuk kawasan konservasi) anda berarti sudah boleh mendaki gunung binaiya secara hukum.

Dari Terminal Binaya di masohi ini antara jalur utara dan selatan akan terpecah, bila anda ingin menggunakan jalur selatan, maka anda naik Angkot menuju Tehoru , yang kemudian dilanjutkan naik longboat hingga sounolu, dan dari situ pendakian akan dimulai, namun bila anda ingin menggunakan jalur utara, maka rutenya anda akan menuju Huaulu.

Mencapai Huaulu anda dapat menggunakan mobil angkot plat kuning jurusan Wahai, atau mobil kijang plat hitam yang juga menuju ke wahai, untuk tarif berkisar Rp 100.000/per kepala, memang mahal, namun karena memang jalurnya menanjak, jauh dan jarang adanya angkutan, atau anda bisa naik bus ¾ jurusan Ambon – kobisonta, namun dengan harga yang tidak jauh lebih murah. Mintalah turun di halte Huaulu.

Jalur yang dilewati dari masohi – halte huaulu anda akan melewati waipia, sebuah kotapraja yang sudah lumayan ramai, kemudian akan menanjak menuju kawasan perbukitan SS (sawai – saleman), jalurnya mirip-mirip jalur di puncak bogor, namun bedanya hutan-hutan ang dilewati benar-benar sangat lebat, kemudian dengan waktu tempuh ± 4 jam, kita akan sampai di halte Huaulu, bila anda melihatnya mungkin akan sedikit geli, melihat hutan hutan yang seakan dibelah oleh jalan raya namun mobil yang melewatinya masih amat jarang, ditambah tiba-tiba ada sebuah halte dari kayu beratap asbes berdiri, hanya ditemani sebuah gubuk yang dihuni seorang pria setengah baya, dan dari halte inilah pendakian gunung binaiya jalur utara akan dimulai.

Bila anda sampai di halte ini pada sore/malam hari, disarankan untuk menginap terlebih dahulu di halte ini, karena untuk mencapai Desa Huaulu kita akan melewati jalur yang lumayan panjang, sekitar 5 KM dengan medan yang amat becek dan juga akan menyebrangi sungai yang lumayan lebar setinggi paha orang dewasa, karena itu disarankan pendakian dilakukan mulai dari pagi hari, selain untuk menghindari tingginya air sungai, karena juga jarak yang ditempuh dari halte huaulu menuju huaulu dapat diteruskan lanjut ke desa selanjutnya yaitu Roho.

Jalur pendakian dari halte huaulu menuju desa huaulu amat becek, karena kita melewati jalur Eks-logging (bekas penebangan) dimana jalur tersebut terdiri dari tanah-tanah yang setiap diguyur hujan alhasil akan menghasilkan lumpur yang dapat menelan kaki kita hingga sebetis. Kemudian setelah ± 3 km melewati jalur eks-logging, kia akan menuruni jalanan dan tiba di sebuah sungai yang lumayan besar, namun tidak dalam, kita harus menyebrangi sungai ini ke sisi seberangnya, sungai ini bisa banjir dan meninggi bila waktu hujan, untuk itu biasanya disini adalah rintangan alam pertama yang dapat menyetop pendaki-pendaki dalam menuju gunung binaiya.

Setelah melewati sungai maka perjalanan sedikit lagi akan mencapai desa huaulu, total jarak antara halte huaulu – Desa Huaulu ± 5 Km dan waktu tempuh ± 1 ½ Jam – 2 Jam dengan medan yang didominasi lumpur –lumpur becek.

Dari desa Huaulu kita harus berjalan lagi menuju desa selanjutnya yaitu Desa Roho, sebuah desa yang tidak besar, hanya ada 10 Kk, untuk jalur menuju desa Roho, kita pertama akan mendaki sebuah bukit melewati kebun cengkeh,kemudian menuruni bukit tersebut menuju sungai yang disebut Kelapa satu, makan siang anda bisa dilakukan disitu, dari tempat tersebut hingga ke desa Roho, medan yang dilewati adalah sungai-sungai yang bercabang-cabang, tidak dalam memang, sungai-sungai ini menjadi besar ketika saling bertemu satu sama lain, kadang kala kembali masuk hutan, kemudian kembali kedalam ke pesisir sungai, menjelang desa roho sungai yang disebrangi akan menjadi besar dan agak menantang untuk dilewati. jarak tempuh dari Desa Huaulu – Desa Roho adalah ± 7 Km dan waktu tempuh ± 3 – 4 Jam.

Di Desa Roho ini, para pendaki dapat menginap di rumah bercat putih, kami biasanya hanya memanggil “mama” tanpa tahu siapa nama aslinya, yang kami tahu bapak yang punya rumah tersebut adalah kakak dari guide yang biasanya mengantar menuju ke desa terakhir, Desa Kanikeh, Kevin Namanya.

Untuk menuju ke desa kanikeh memerlukan waktu ± 7 – 8 Jam, dengan jarak ± 18 Km, medan yang akan dilalui bervariatif, pertama-tama dari desa Roho kita akan melewati jalur yang landai dan rata melewati hutan-hutan yang amat lebat, dikanan-kiri akan sering terdengar suara kepakan sayap burung yang terbang karena mungkin terganggu kehadiran kita, jalur rata tersebut sering pula disebut Jalur Pacet, sepanjang perjalanan kita akan sering ditemani daun gatal yang siap menggelitik kaki kita, jangan lupa sediakan air Tembakau untuk dioleskan ke kaki kita agar pacet-pacet tersebut ogah menempel.

Setelah melewati jalur pacet yang panjang, kita akan tiba di sebuah sungai yang cukup besar bernama sungai waysamata, biasanya bila anda berangkat dari Roho pada pagi hari, maka makan siang lebihg baik dilakukan disini, karena selepas dari sungai waysamata ini, jalur akan semakin terjal dan menanjak.

Untuk sampai ke desa kanikeh, dari sungai waysamata kita akan melewati jalur menanjak seakan naik-turun bukit, hutannya belum berada di ketinggian, jadi hutan yang kita lewati terkesan agak pengap, ada dua tempat istirahat yang lumayan enak dan biasa dipakai oleh orang asli sana, pertama disebut pohon Jambu, jaraknya ± 1 ½ Jam dari sungai waysamata dan yang kedua Istalen jaraknya ± 2 Jam dari Pohon Jambu, kedua tempat tersebut bisa memuat tenda sekitar 3 – 4 buah tenda, tentunya bila anda mau mencoba menginap tanpa di rumah warga desa.

Setelah mencapai istalen, maka perjalanan tidak akan lama lagi sampai ke desa kanikeh, jalan akan kembali becek, apalagi bila sehabis hujan, menurun menuju ke Jembatan Gantung, jembatan ini dibuat dari bambu, tanpa ada besi sedikit pun, panjangnya ± 13 Meter, jembatan ini cepat reyot, dan agak mendebarkan ketika kita melintas diatasnya.

Setelah melewati Jembatan gantung tersebut, kira-kira 10 menit kemudian kita akan tiba di desa kanikeh, desa adat terakhir di kaki gunung binaiya, bila anda melewati balai desanya akan terdapat kata – kata “Nusamwele ama ina kanikeh” – Kanikeh, tanah bapak-ibu suku nusawele (nusawela = tanah terang).

Setelah beristirahat di desa kanikeh, keesokan harinya anda akan mendaki gunung binaiya, titiplah sebagian barang anda yang tidak diperlukan di gunung kepada tuan rumah tempat anda menginap, bila anda tiba pada sore hari atau malam hari, segera minta kepada tuan rumah tempat anda menginap untuk diantar kepada bapak adat, agar segera upacara adat dapat dilakukan pada malam hari, agar keesokan harinya tidak terhambat lagi waktu kita. Jangan lupa, kain merah sepanjang 1 x 1 M dan tembakau beserta kertasnya harus disiapkan dari awal.


sehabis pemberkatan oleh bapak wakil Raja (tak berbaju) tamu akan diajak makan sirih bersama

 
pelepasan sebelum pergi mendaki, masyarakat kanikeh amat ramah dengan tamu

Ketika pagi hari, mulailah pendakian menuju gunung binaiya, anda tak perlu membawa begitu banyak air dalam dirigen anda, karena jalur yang dilewati nanti akan melewati sungai, cukup membawa dalam botol minum untuk bekal jalan, medan yang akan dilewati pertama adalah hutan daun gatal, dengan medan yang landai dan kadang jalur anda tertutup oleh pohon bamboo yang rubuh menutupi jalan, namun biasanya guide/porter anda akan berusaha membersihkan jalur tersebut untuk anda.

Setelah melewati jalur yang landai dan ditumbuhi daun gatal, anda akan menyebrangi satu sungai besar lagi, sungai tersebut bernama Sungai Huaule, dari sungai ini jalur akan mulai menanjak, terjal-terjal dan kadang sedikit diselingi jalan yang agak rata, bahkan ada tanjakan yang kemiringannya hingga 60°, dikanan-kiri kita hutan lebat masih terus menemani.

Perjalanan akan sampai di sebuah camp bernama Wayansela, sebuah dataran yang memuat 2 – 3 tenda, dengan sungai kecil mengalir disampingnya, waktu tempuh dari desa Kanikeh – Wayansela ± 3 ½ jam. Anda dapat makan siang disini, dari Wayansela ini, jalur pendakian akan semakin berat dan terjal, tanjakan-tanjakan yang harus dilewati lumayan memakan kaki dan menyesakan nafas kita.

Setelah ± 4 Jam dari Wayansela, kita akan tiba di Way huhu (2094 Mdpl, sebuah Camp yang dapat memuat 3 – 4 tenda dengan sungai yang mengalir di bawahnya, kita dapat mengetahui tempat tersebut adalah way huhu dari bekas-bekas sampah dan kayu yang dibakar, selain itu pula ada bekas parit yang digali bekas pendaki lain di sekeliling tendanya, di way huhu ini ketinggiannya sudah mencapai 2094 Mdpl, suhu disini juga sudah dingin sekali, anda dapat melanjutkan perjalanan ke Way puku dengan memakan waktu ± 2 Jam, bila anda ingin membuka Camp di way Puku, disana terdapat telaga waypuku, yang lumayan besar dan terus terisi air, bahkan di musim kemarau.

Perjalanan dari Way huhu menuju ke way puku akan menemukan medan yang menanjak secara terjal dan terus-menerus mendaki, hingga satu jam pertama, kita akan terus berjalan di dalam vegetasi hutan yang masih lebat, setelah itu kita akan memasuki batas hutan lebat tersebut menuju ke vegetasi hutan dataran tinggi, yang didominasi tumbuhan-tumbuhan kecil dan pendek, sehingga menciptakan sebuah pemandangan yang indah kea rah bawah, tumbuhan endemic di kawasan ini adalah Pakis Binaiya, kemudian kita juga akan melihat pepohonan yang diselimuti lumut-lumut dan liliana, setelah berjalan ± 1 jam dari batas vegetasi hutan lebat tersebut, maka kita akan mencapai puncak Way Puku (3015 Mdpl).


Terlihat Puncak Binaiya dari Puncak Way Puku (foto diambil pagi hari)

Beberapa pendaki menganggap pendakian gunung Binaiya berakhir disini, banyak barang-barang para pendaki seperti slayer, plat tanda, bendera yang ditinggalkan disini, karena menganggap puncak gunung Binaiya tersebut adalah puncak Way Puku ini, namun bila hari sedang cerah dan tidak berawan, cobalah anda melihat ke arah barat dari puncak tersebut, terlihat sebuah gunung yang jaraknya tidak jauh, dan gunung tersebut terlihat mempunyai Puncak yang lebih tinggi dari puncak Way puku ini, namun jalur menuju ke gunung tersbeut tidak begitu kentara, dan mungkin puncak tersebutlah yang disebut Puncak Binaiya.

Puncak gunung yang dihiasi indahnya pemandangan ke teluk sounolu dan ditemani gagahnya Pakis Binaiya……

sam (kiri), teman dari Kompas Masohi sedangkan Cheno (berdiri) berasal dari Darmapala Unidar Tulehu Ambon

Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

0 comments

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.