Semua foto-foto dibawah ini adalah dokumen pribadi saya, diambil pada bulan Januari 2010. Beberapa foto ini pernah di pamerkan di “Pameran Bangka-Belitung, Pelangi di Timur Andalas†pada tahun 2010, yang diadakan oleh Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi-UNJ bersama dengan Pemda Bangka-Belitung dan Museum Bank Mandiri-Jakarta.
pemandangan indah di desa nelayan kurau
nenek moyang ku seorang pelaut
menerjang ombak menempuh badai sudah biasa!!
Lagu nenek moyang ku seorang pelaut, sudah akarab ditelinga kita. bagaimana tidak sejak kecil kita s
udah sering menyanyikannya hingga tertanam dalam benak kita bahwa nenek moyang kita adalah pelaut!
bukan petani, bukan peternak, bukan pembuat logam, bukan dokter, juga bukan penjajah!!
kenapa demikin?? Karena keadaan geografis Indonesia yang sangat mendukung, dengan lautan yang lebih luas dari pada daratan.
Kampung nelayan kurau, terletak di Pulau Bangka Tengah, kec. Koba, dibagi menjadi 2 tempat, kurau barat dan kurau timur. Pusat pemerintahannya terdapat di Kurau timur. Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dan petani sawit. Namun, profesi tersebut hanya banyak ditemukan didaerah kurau barat. Hasil laut dan hasil perkebunan sawit menjadi pemasukkan daerah yang utama bagi daerah Kurau.
menerjang ombak menempuh badai sudah biasa!!
Lagu nenek moyang ku seorang pelaut, sudah akarab ditelinga kita. bagaimana tidak sejak kecil kita s
udah sering menyanyikannya hingga tertanam dalam benak kita bahwa nenek moyang kita adalah pelaut!
bukan petani, bukan peternak, bukan pembuat logam, bukan dokter, juga bukan penjajah!!
kenapa demikin?? Karena keadaan geografis Indonesia yang sangat mendukung, dengan lautan yang lebih luas dari pada daratan.
Kampung nelayan kurau, terletak di Pulau Bangka Tengah, kec. Koba, dibagi menjadi 2 tempat, kurau barat dan kurau timur. Pusat pemerintahannya terdapat di Kurau timur. Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dan petani sawit. Namun, profesi tersebut hanya banyak ditemukan didaerah kurau barat. Hasil laut dan hasil perkebunan sawit menjadi pemasukkan daerah yang utama bagi daerah Kurau.
Kurau barat, sebagian besar pendudukannya merupakan nelayan. Keluarga nelayan yang ada di desa kurau merupakan orang-orang keturunan bugis dan melayu.Meskipun terkadang penghasilan mereka tidak sebanding dengan kerja keras dan bahaya yang harus mereka hadapi, namun mereka tetap hidup bersahaja dan tetap bertahan dengan profesi mereka yang merupakan pekerjaan turun menurun dari keluarga mereka.
Dikurau barat terdapat 118 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Mereka sangat bergantung dengan keadaan alam. Saat cuaca mendukung mereka bisa tersenyum senang dengan penghasilan yang cukup untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Namun, jika cuaca buruk, mereka harus menghela nafas karena selain tidak mendapatkan penghasilan mereka pun harus “nombok†untuk biaya akomodasi mereka selama melaut. Konon, mereka percaya pada bulan 12, bulan 1 sampai dengan Imlek angin bertiup kencang dan itu berarti pengahasilan mereka akan menurun.
Kepala keluarga berserta anak laki-laki mereka yang sudah remaja dan dewasa akan pergi melaut. Sedangkan para istri dan anak-anak perempuan mereka bekerja dirumah dengan mengolah hasil laut, seperti membuat kerupuk kemplang atau pem-pek untuk menambah penghasilan keluarga. Anak laki-laki dikampung nelayang Kurau sejak kecil sudah bisa mencari uang dengan menjual hasil laut tangkapan mereka. tidak heran banyak anak-anak diperkampungan Kurau hanya mencapai sekolah menengah pertama (SMP), bahkan tidak sedikit dari mereka yang hanya menamatkan sekolah dasar. Orang tua mereka mewajibkan anak laki-lakinya untuk bisa melaut sejak usia remaja. Mereka berfikir tidak masalah jika tidak menjalani wajib belajar 12 tahun, yang penting bisa baca dan berhitung untuk kepentingan menjual hasil laut mereka. Masyarakat perkampungan nelayan kurau terutama Kurau bagian barat masih sangat menggantungkan diri pada hasil laut. Hal terpenting untuk mereka adalah bagaimana mereka dapat menangkap hasil laut sebanyak-banyaknya dan kemudian menjualnya, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk menjadi seorang nelayan selain itu biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan pun cukup mahal bagi seorang nelayan yang penghasilannya tidak menentu.
Nelayan-nelayan tersebut membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dengan perahu bermotor ukuran sedang. Perahu bermotor tersebut disewa dari seorang juragan kapal dengan sistem bagi hasil. Menurut pengakuan bapak Amir 47 tahun, seorang kepala nelayan di desa kurau barat, setiap kelompok nelayan tersebut akan melaut selama 5 hari untuk mencari hasil laut. Maka selama sebulan mereka biasanya melaut antara 3-4 kali, dan hasil yang tidak menentu setiap kali rit (rit : 1 kali perjalanan melaut). Mereka harus menyewa perahu bermotor dengan sistem bagi hasil antara 20 – 30 % dari keuntungan bersih. Misalnya, biaya solar dan makan selama 5 hari dilaut menghabiskan biaya Rp. 800.000, jika hasil penjualan tangkapan mereka seharga Rp. 1.000.000 maka mereka harus menguranginya dengan biaya solar dan makan, maka hasil bersihnya Rp. 200.000. hasil bersih tersebut dikurangi 20% untuk biaya perahu bermotor, maka sisanya adalah Rp. 160.000. dan hasil akhir tersebutlah yang akan menjadi penghasilan bagi 4-5 nelayan dalam 1 tim. Penghasilan kecil tersebut masih dikatakan untung, karena mereka sering kali tidak mempunyai penghasilan karena harus nombok biaya perahu bermotor yang mereka sewa.
Jika cuaca tidak mendukung seperti terjadi angin kencang, para nelayan banyak yang hanya diam saja dirumah. Dan pada saat-saat seperti ini peran pemerintah daerah sangat diharapkan. Mereka harus mengajukan bantuan ke Pemda untuk memohon bantuan beras untuk para nelayan. Bantuan ini diajukan tiap tahun. Namun, sayangnya terkadang birokrasi pemerintah sering mempersulit mereka dalam mendapatkan bantuan. Mereka harus mengajukan proposal bantuan dari jauh-jauh hari karena bantuan beras yang diberikan Pemda tidak bisa segera diberikan.
Jika cuaca tidak mendukung seperti terjadi angin kencang, para nelayan banyak yang hanya diam saja dirumah. Dan pada saat-saat seperti ini peran pemerintah daerah sangat diharapkan. Mereka harus mengajukan bantuan ke Pemda untuk memohon bantuan beras untuk para nelayan. Bantuan ini diajukan tiap tahun. Namun, sayangnya terkadang birokrasi pemerintah sering mempersulit mereka dalam mendapatkan bantuan. Mereka harus mengajukan proposal bantuan dari jauh-jauh hari karena bantuan beras yang diberikan Pemda tidak bisa segera diberikan.
kapal nelayan yang sedang bersandar
suasana pemukiman di desa kurau
pemukiman di desa kurau terlihat kumuh
Air bersih adalah harta yang berharga
Sulitnya mencari air bersih untuk konsumsi sehari-hari bagi masyarakat Kurau Barat merupakan kendala yang tidak pernah usai. Letak pemukiman yang berada didaerah pesisir dan berawa-rawa tersebut membuat air bersih dan layak untuk dikonsumsi sangatlah sulit. Hanya ada beberada sumur yang airnya bisa dikonsumsi dan sedikit sumbet air tersebut harus berbagi dengan banyak kepala keluarga. Untuk konsumsi air mandi atau untuk sekedar mencucui baju atau piring mereka biasanya menampung air hujan, maka tidak asing jika disetiap teras atau bagian belakang rumah banyak ditemukan ember-ember untuk menampung air hujan.
ember-ember penampung air hujan
ember-ember penampung hujan 2.mandi dengan air laut
PAUD (Pendidikan Usia Dini) di Desa Nelayan Kurau
PAUD di desa Kurau Barat merupakan satu-satunya PAUD Sekolah yang ada di daerah Kurau Barat. Didesa kurau hanya terdapat 2 sekolah dasar, SD 12 dan 13 yang terletak di daerah Kurau Timur. PAUD ini didirikan pada bulan Juli 2009, yang dikelola oleh 4 wanita yang sekaligus merupakan warga dari Kurau Barat. Jumlah siswa ditahun ajaran pertama adalah 31 siswa.
Biaya perbulan Rp. 20.000/anak namun diberikan toleransi kepada orang tua yang tidak mampu membayar full. Uang iuran siswa tersebut digunakan untuk mengaji 4 orang guru dan untuk biaya alat tulis dan perlengkapan belajar lainnya. Gedung sekolah masih berbagi dengan gedung TPA yang sudah ada lebih dulu. Kegiatan belajar PAUD diadakan pagi hari sedangkan TPA di siang hari.
Sayangnya, karena instansi pendidikan ini tergolong baru maka bantuan pemerintah belum bisa dirasakan. PAUD tersebut masih banyak kekurangan seperti kurangnya sarana bermain, kurangnya media ajar untuk anak usia dini, dan kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar (mis. bangku atau kursi untuk belajar,dll). Kendala utama dalam pengajuan permohonan untuk mendirikan PAUD dikurau Barat ini yaitu belum adanya lahan untuk sekolah tersebut. Namun, antusias warga dalam hal pendidikan anak-anak prasekolah ini sudah cukup baik.
Biaya perbulan Rp. 20.000/anak namun diberikan toleransi kepada orang tua yang tidak mampu membayar full. Uang iuran siswa tersebut digunakan untuk mengaji 4 orang guru dan untuk biaya alat tulis dan perlengkapan belajar lainnya. Gedung sekolah masih berbagi dengan gedung TPA yang sudah ada lebih dulu. Kegiatan belajar PAUD diadakan pagi hari sedangkan TPA di siang hari.
Sayangnya, karena instansi pendidikan ini tergolong baru maka bantuan pemerintah belum bisa dirasakan. PAUD tersebut masih banyak kekurangan seperti kurangnya sarana bermain, kurangnya media ajar untuk anak usia dini, dan kurangnya fasilitas yang mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar (mis. bangku atau kursi untuk belajar,dll). Kendala utama dalam pengajuan permohonan untuk mendirikan PAUD dikurau Barat ini yaitu belum adanya lahan untuk sekolah tersebut. Namun, antusias warga dalam hal pendidikan anak-anak prasekolah ini sudah cukup baik.
Seorang guru yang sedang membersihkan kelas seusai jam pelajaran
salah seorang Siswa PAUD
Para siswa PAUD sedang membaca doa seusai jam pelajaran selesai
perbedaan tidak menjadi kendala dalam meraih ilmu setinggi-tingginya
suasana PAUD yang selalu dihiasi keceriaan maupun tingkah lucu anak-anak..
TK/TP Al-Qur’an Nur’aini (Tempat Pendidikan Agama)
TPA ini berdiri sejak 2006, dikelola oleh seorang ibu yang merupakan aktivis desa yang peduli dengan pendidikan terutama pendidikan agama di daerah Kurau barat.
TPA ini mendapat subsidi perbulan dari kas desa sebesar Rp. 15. 000. namun, karena uang kas desa tidak bisa lagi mensubsidi
kegiatan TPA maka terpaksa terhitung bulan Februari 2010 setiap anak perbulannya dikenakan biaya Rp. 5000 perorang tapi tidak memaksakan . Jumlah murid saat ini mencapai 110 orang dengan 4 tenaga pengajar. Iuran perorang itu digunakan untuk membayar tenaga pengajar, membiayai perlengkapan belajar, dan disimpan untuk kas sekolah.
Saat ini pengelolaan TPA sudah jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya, pada awal berdirinya TPA, Beliau hanya mengajar seorang diri tanpa digaji. Namun, ia bersyukur karena desa memberikan lahan dan bangunan untuk tempat belajar. Semangatnya yang gigih untuk menyebarkan ilmu agama mengingatkan kita akan gigihnya ibu Muslimah di riwayat laskar pelangi. Ternyata di era ini masih banyak ibu muslimah dan laskar pelangi lainnya , yang masih memperjuangkan hak dalam pendidikan.
TPA ini mendapat subsidi perbulan dari kas desa sebesar Rp. 15. 000. namun, karena uang kas desa tidak bisa lagi mensubsidi
kegiatan TPA maka terpaksa terhitung bulan Februari 2010 setiap anak perbulannya dikenakan biaya Rp. 5000 perorang tapi tidak memaksakan . Jumlah murid saat ini mencapai 110 orang dengan 4 tenaga pengajar. Iuran perorang itu digunakan untuk membayar tenaga pengajar, membiayai perlengkapan belajar, dan disimpan untuk kas sekolah.
Saat ini pengelolaan TPA sudah jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya, pada awal berdirinya TPA, Beliau hanya mengajar seorang diri tanpa digaji. Namun, ia bersyukur karena desa memberikan lahan dan bangunan untuk tempat belajar. Semangatnya yang gigih untuk menyebarkan ilmu agama mengingatkan kita akan gigihnya ibu Muslimah di riwayat laskar pelangi. Ternyata di era ini masih banyak ibu muslimah dan laskar pelangi lainnya , yang masih memperjuangkan hak dalam pendidikan.
Kegembiaraan siswa TP Al-QUR'AN NUR'AINI
kegiatan belajar di kelas
Berdoa sebelum pulang
Menulis Huruf Arab
Cukup banyak prestasi yang telah diraih oleh TP AL-Qur'an Nur'aini
sangat unik, buku tulis yang dijual dipasaran kebanyakan buku dengan sampul artis-artis terkenal yang berpose seksi
Rumah Tinggal di Desa Kurau
“Rumah Kurau†(tampak luar)
perumahan di perkampungan kurau rata-rata terbuat dari kayu dan berbentuk rumah panggung. Hal ini dikarenakan keadaan daerahnya yang berada ditepi laut dengan keadaan tanah yang selalu basah dan berair. Saat air pasang, rumah-rumah tersebut seolah mengapung di permukaan laut. Karena alasan tersebut mereka tidak membangun rumah dengan bahan dasar batu bata atau beton. hal ini disebabkan, selain mahalnya bahan baku batu bata atau beton, jika terjadi kerusakan yang disebabkan air pasang,
mereka akan menanggung harga yang lebih tinggi.
Beberapa rumah telah banyak berdiri tiang-tiang penyangga antena parabola, didaerah kota seperti Jakarta
mereka akan menanggung harga yang lebih tinggi.
Beberapa rumah telah banyak berdiri tiang-tiang penyangga antena parabola, didaerah kota seperti Jakarta
hanya beberapa orang yang dianggap mampu saja yang memiliki antena parabola dirumahnya, namun tidak berlaku disini, hampir disetiap rumah dapat dijumpai antena parabola. Bukan karena menunjukkan bahwa mereka orang ‘berada’ dalam hal ekonomi, namun pemasangan antena parabola di beberapa rumah diperkampungan nelayan kurau bertujuan untuk menangkap siaran TV agar lebih banyak dan jelas. Beberapa daerah di Bangka, seperti Kampung Kurau misalnya, dengan memakai antena TV biasa mereka hanya bisa menangkapan siaran 2-3 stasiun TV Nasional. Jadi, Pemakaian antena parabola di daerah perkampungan nelayan kurau dilandasi atas pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi yang mugkin dapat dinikmati dengan mudah didaerah perkotaan tapi tidak dengan didaerah perkampungan seperti dikampung Nelayan Kurau.
rumah bagian belakang terdapat kamar mandi, jamban, serta tempat untuk mencuci dan menjemur pakaian.
jamban dan kamar mandi. saluran pembuangannya langsung kelaut, jika air surut kotoran akan mengendap dibawah rumah.
“Rumah Kurau†(tampak dalam) – ruang tamu
didalam dinding kayu yang kusam dan lingkungan yang terlihat kumuh, terdapat bangunan interior yang cukup nyaman untuk dihuni. Hampir disetiap ruang tamu pada rumah diperkampungan nelayan kurau memiliki satu set sofa. Interior untuk rumah-rumah panggung mereka bisa dikatakan sudah modern, lantainya terbuat dari kayu dengan sekat antar ruang yang terbuat dari papan. Tampak foto-foto artis lokal pujaan si pemilik rumah terpajang dikalender dan ditembok seolah menjadi bagian dari interior ruangan tersebut.
Rumah bagian dalam. Interiornya tampak modern.
MUNJANG (Tempat berkumpul para Pemuda/i di daerah Desa Kurau)
Munjang, salah satu daerah di desa Kurau (Kabupaten Bangka Tengah) yang menjadi tempat berkumpulnya anak – anak muda Kurau untuk menyalurkan hobi atau sekedar bercengkrama. Di tempat ini terdapat tempat pemandian dan panjat dinding/walk clumbing. Letaknya kurang lebih 2 kilometer dari pemukiman mereka.
tempat pemandian di Munjang
Papan Panjat sederhana yang dibuat oleh pemuda-pemuda pecinta olahraga panjat di Desa Kurau
Anak-Anak di Desa Kurau
Pulang Sekolah
Melepas sepatu saat pulang sekolah merupakan kebiasaan unik yang dilakukan oleh beberapa anak didesa Kurau. Mereka biasanya melepas sepatu saat berjalan pulang kerumah setelah waktu sekolah usai. Saat ditanya mengapa mereka melepas sepatu, mereka mengatakan “sayang sepatunya nanti kotor.â€
mencopot sepatu sepulang sekolah 1
mencopot sepatu sepulang sekolah
Pulang sekolah 3
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !
0 comments
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.