Mencari menantu idaman? Teguh Basuki Ariwibowo pantas dipertimbangkan. Muda, menarik, lulusan kampus top, dan yang paling penting dia punya bisnis beraset Rp 6 miliar!
M. DINARSA KURNIAWAN, Jakarta
PENAMPILAN Teguh tak ubahnya pekerja pada umumnya. Mengenakan kemeja lengan panjang, celana pantalon, dan sepatu berbahan kulit yang disemir mengkilat. Yang membedakan dengan kebanyakan pekerja lainnya, Teguh adalah bos. Dia menjalankan perusahaan sendiri.
Di mejanya berjajar sejumlah gadget mutakhir seperti BlackBerry seri Storm dan iPhone 4S. Ada juga sebuah laptop. Sesekali Teguh mengarahkan pandangan ke layar laptop yang tengah menampilkan berita dari situs-situs berita online.
"Saya memang maniak gadget. Suka ganti-ganti gadget juga. Tapi, itu adalah tuntutan juga sebagai seorang pengusaha untuk selalu update. Teknologi yang terus berkembang sangat membantu saya dalam berbagai hal. Termasuk dalam berbisnis," ucap lelaki kelahiran Malang, Jawa Timur, 5 Desember 1989, itu.
Bisnis memang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Teguh. Dia kini menjadi chief executive officer (CEO) PT Voila Indonesia Prakarsa, perusahaan yang membawahkan Voila Activation (brand activation dan corporate event) serta Voila Digital (digital media business consultant).
Bisnis yang dikelola Teguh terus berkembang. Kini asetnya sekitar Rp 6 miliar dan terus bergerak naik. Dia mendirikan perusahaan itu pada 2010. Teguh tidak sendiri. Dia menggandeng Aldy Romadhoni, teman kuliahnya di Jurusan Akuntansi, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Aldy menduduki jabatan komisaris.
Teguh lulus cum laude dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,6. Sebelumnya, dia sudah bergelut dengan bisnis. Teguh mengawali dengan menjalankan usaha di bidang event organizer (EO) bersama tiga orang kawan kuliah. Namanya, Masterpiece EO. Modal awalnya hanya Rp 2 juta.
Salah satu kesuksesan EO milik Teguh ialah memenangi tender dari Indosat untuk melakukan promosi di jalan. Dengan modal Rp 2 juta, dia menghabiskan dana itu untuk membayar sejumlah sales promotion girl (SPG) yang melakukan happening art di sejumlah ruas jalan protokol di Surabaya. Dari modal yang dikeluarkan itu, Teguh dkk mendapat keuntungan seratus persen.
Dia memilih EO karena sudah berpengalaman mengadakan beragam acara sejak SMA. Selain itu, dia suka menonton konser. Teguh merasa passion-nya memang di sektor itu. Sampai-sampai, waktu kuliah dia sering menabung untuk nonton konser band asing di Jakarta.
Teguh akhirnya berhasil menjadi finalis Wirausaha Muda Mandiri (WMM) tingkat nasional. Hal itu membuka jaringannya dengan para pebisnis yang lebih senior. Salah seorang di antara mereka adalah Hendy Setiono, bos Kebab Turki Baba Rafi, yang hingga kini menjadi mentor Teguh.
Sayang, EO yang dikelola Teguh tidak bertahan lama. Masterpiece EO gulung tikar pada 2010 setelah tiga temannya mengundurkan diri. Alasannya, IP mereka terjun drastis karena sibuk bekerja. Meski ditinggal teman, Teguh tidak patah semangat. Dia tetap konsisten berbisnis.
Jiwa bisnisnya memang terpupuk sejak kecil. Saat masih tinggal di Malang, orang tua Teguh yang bekerja sebagai PNS (pegawai negeri sipil) punya usaha sampingan, pabrik kerupuk. Sayang, pabrik itu akhirnya bangkrut. Mereka juga pernah membuka bengkel. Tapi, usaha itu lagi-lagi gulung tikar. Siapa sangka, kegagalan bisnis orang tua membakar semangat Teguh untuk menjadi pebisnis yang sukses.
"Beruntung waktu itu saya masih bisa mempertahankan IP di atas 3,5. Biarpun berbisnis, saya tetap berfokus kuliah. Kalau mau ujian, saya belajar sama senior-senior," kenangnya.
Bertandem dengan Aldy, Teguh mendirikan Voila pada 2010. Modalnya Rp 100 juta, ditanggung fifty-fifty oleh Teguh dan Aldy. Dengan modal yang cukup besar, Teguh lebih leluasa menjalankan bisnisnya. Termasuk ketika kemudian memutuskan terjun di bisnis online.
Salah satu kliennya adalah Bank Mandiri. Voila Digital dipercaya untuk mengelola akun WMM (Wirausaha Muda Mandiri) di Twitter, Facebook, dan YouTube. Mereka mendapat kepercayaan itu sejak tiga bulan lalu dan akan memasuki contract renewal dengan nilai sekali perbaruan adalah Rp 500 juta.
"Parameter kesuksesan Voila adalah, misalnya, seberapa banyak follower di Twitter, juga berapa banyak setiap posting di retweet," ungkapnya.
Selain WMM, Voila memiliki klien yang kini mulai mengembangkan perusahaan via online. Teguh berpendapat, dengan semakin berkembangnya zaman dan kian majunya teknologi, aspek online punya arti strategis. Sebab, online lebih mudah dijangkau kendati saat ini belum semua orang mampu mengakses internet.
Perkembangan bisnis yang dikelola Teguh sangat menggembirakan. Tahun ini pihaknya akan mengakuisisi sebuah EO terkenal untuk dijadikan salah satu anak perusahaan. Melihat grafik yang kian meningkat, Teguh berambisi Voila merambah ke negara Asia Tenggara lainnya. Targetnya adalah membuka cabang di Singapura. Misi itu harus tercapai setidaknya dalam lima tahun ke depan.
Melihat progres perusahaan Teguh yang begitu cepat, usaha yang dia jalankan seolah berjalan mulus tanpa hambatan. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Voila pernah merugi ratusan juta rupiah karena misbudgeting. "Yah, anggap saja itu cost untuk belajar berbisnis. Pengalaman itu membuat saya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan," paparnya.
Lelaki yang mulai sering mengisi seminar-seminar bisnis itu tak hanya ingin belajar bisnis dari pengalaman belaka. Rencananya, dua atau tiga tahun mendatang Teguh ingin mengejar master di bidang bisnis di kampus luar negeri.
Bagaimana urusan pribadi? Teguh mengaku belum punya rencana menikah. Meski begitu, dia sudah punya kekasih yang kini bekerja di kantor akuntan publik internasional. Namanya, Citra Ika. Selain menikah, Teguh berencana mendirikan financial firm bersama sang kekasih.
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !
0 comments
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.